Dalam
perjalanan kehidupan sehari-hari selain berjumpa dengan keluarga, tetangga,
detik sang waktu dan tarikan nafas telah membawa kita dalam banyak perjumpaan
bahkan dengan orang lain dari jauh sekalipun yang mungkin belum kita kenal
dengan baik. Dari berbagai proses perjumpaan tersebut kita kemudian bisa saling
mengenal, saling bertenggang rasa, saling bercerita hingga menimbulkan rasa
empati satu sama lain sebagai insan yang pada hakikat dasarnya saling
membutuhkan dan bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan-tujuan tertentu yang
diinginkan.
Dalam hidup tentunya kita semua ingin bahwa sebanyak mungkin mempunyai saudara/i tidak sebaliknya mencari musuh. Kita ingin membangun sebuah hubungan yang harmonis bersama orang lain, sebab dengan hal tersebut kita bisa saling berbagi berkat.
Namun, kita telah memasuki era perkembangan zaman yang sudah semakin maju / modern, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi / IPTEK yang kian hari semakin canggih, serta berbagai hal-hal lain mengiringinya. Pada kenyataannya hari ini tidak bisa dipungkiri bahwa hal itu cukup berpengaruh besar dalam merubah pola dan tatanan kehidupan kita sehari-hari. Banyak di antara kita sudah merasa pandai dan hebat sehingga mengatakan tak perlu bantuan orang lain, ini tentu keliru atau egois mengarah kepada nilai kesombongan pribadi. Kita semakin menjadi individualis dan lebih banyak mementingkan kepentingan pribadi dari pada ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial bersama. Rasa guyub dan modal sosial (social capital) yang dulunya bagus sebagai modal dalam hidup bertetangga atau bermasyarakat, kini semakin tergerus bahkan hingga mengalami kerapuhan.
Sehingga melihat atau menilik hal-hal tersebut untuk mengembalikan nilai-nilai hidup dan kehidupan sebagai insan manusia bagian dari penciptaan Sang Pencipta, kita mesti bisa merefleksikan diri pribadi secara utuh. Agar menjadi orang yang bernilai hingga pandai merasa lalu semakin peka terhadap orang lain dan keadaan atau situasi kondisi yang ada di sekitar serta dengan alam semesta dan seisinya.
Dalam hidup tentunya kita semua ingin bahwa sebanyak mungkin mempunyai saudara/i tidak sebaliknya mencari musuh. Kita ingin membangun sebuah hubungan yang harmonis bersama orang lain, sebab dengan hal tersebut kita bisa saling berbagi berkat.
Namun, kita telah memasuki era perkembangan zaman yang sudah semakin maju / modern, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi / IPTEK yang kian hari semakin canggih, serta berbagai hal-hal lain mengiringinya. Pada kenyataannya hari ini tidak bisa dipungkiri bahwa hal itu cukup berpengaruh besar dalam merubah pola dan tatanan kehidupan kita sehari-hari. Banyak di antara kita sudah merasa pandai dan hebat sehingga mengatakan tak perlu bantuan orang lain, ini tentu keliru atau egois mengarah kepada nilai kesombongan pribadi. Kita semakin menjadi individualis dan lebih banyak mementingkan kepentingan pribadi dari pada ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial bersama. Rasa guyub dan modal sosial (social capital) yang dulunya bagus sebagai modal dalam hidup bertetangga atau bermasyarakat, kini semakin tergerus bahkan hingga mengalami kerapuhan.
Sehingga melihat atau menilik hal-hal tersebut untuk mengembalikan nilai-nilai hidup dan kehidupan sebagai insan manusia bagian dari penciptaan Sang Pencipta, kita mesti bisa merefleksikan diri pribadi secara utuh. Agar menjadi orang yang bernilai hingga pandai merasa lalu semakin peka terhadap orang lain dan keadaan atau situasi kondisi yang ada di sekitar serta dengan alam semesta dan seisinya.
Penulis
: Stepanus Hawiananko
Numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*