“Kebangkitan Kristus Membawa
Harapan Baru” (Band. Lukas 24 : 5 – 6)
EGI PRAGINANTA
KETUA PRESIDIUM PMKRI PALANGKA
RAYA
Peristiwa paskah adalah salah satu hari
suci yang sangat dinanti-nanti oleh umat kristiani yang juga merupakan puncak
perayaan liturgis sepanjang tahun. Pada umumnya peristiwa Paskah dirayakan
untuk memperingati kebangkitan Sang Juru Selamat Yesus Kristus dalam karya
penebusan dosa umat manusia di Kayu Salib.
Paskah
berakar dari kata dalam bahasa Yunani "pascha"
atau kata dalam bahasa Ibrani "pesach"
yang secara leksikal berarti melewati (to
pass over). Paskah yang diperingati
oleh orang kristiani di seluruh dunia awalnya merupakan hari raya suci kaum
Yahudi dengan momentum perayaan tentang pembebasan bangsa Israel dari
penjajahan dan perbudakan Mesir (ditulis dalam kitab Keluaran, Bilangan dan
Ulangan). Tertulis disana bagaimana
Musa membawa umat Allah keluar dari mesir melewati padang gurun dengan melakukan
perjalanan dan pengembaraan selama 40 tahun menuju “Tanah Perjanjian Allah” yaitu
Tanah Kanaan.
Kebebasan
bangsa Israel tentu tidak didapatkan begitu saja. Butuh perjuangan,
pengorbanan, niat yang tulus dan tekat yang kuat hingga akhirnya sampai di Tanah
Kanaan. Bangsa Israel tentu tidak mengabaikan peristiwa teologis di sana,
pada karya pembebasan ilahi tersebut yakni
tentang penebusan Allah yang luar biasa, yang mewakili perasaan cinta Allah,
yang diwujudkan dalam tindakan penyelamatan-Nya kepada mereka. Hari raya Paskah
inilah yang diwariskan secara turun-termurun dalam bentuk perayaan keluarga
untuk memperlihatkan harapan kepada Israel tentang terlepasnya atas persoalan
diskriminasi sosial dan perbudakan.
Dalam perayaan Paskah tahun ini, dunia
tengah dihadapkan pada persoalan Pandemi Virus Corona (COVID-19) dimana
perayaan paskah benar-benar dalam suasana duka dan penuh dengan pergumulan. Kemeriahan
suasana paskah tenggelam dalam kekawatiran dan keprihatinan. Dunia sedang
dijajah oleh COVID-19 yang telah merampas kebahagiaan, canda tawa, meniadakan
keadilan dan kesejahteraan, bahkan merenggut nyawa orang-orang yang kita
sayangi dengan niat kejam ingin menguasai dunia.
Tentu
ditengah-tengah pesoalan Pandemi Virus Corona (COVID-19) memberikan kita ruang
refleksi dan merenungkan bahwa manusia itu begitu lemah. Seluruh pencapaian
manusia, belum bisa diandalkan. Ya kita tidak hanya berbicara satu atau beberapa
kasus tetapi ratusan ribu kasus yang mengorbankan begitu banyak jiwa, meskipun banyak
yang mengklaim dirinya sebagai orang yang suci dan munculnya seolah
ilmuan-ilmuan baru pun tidak mampu membuktikan bisa menangani pandemi COVID-19
ini, malah membuat kepanikan di sana-sini dengan sikap hanya bisa menyalahkan. Lagi-lagi
dalam situasi seperti ini manusia masih saja bersikap tidak baik.
Injil dalam kitab suci menuliskan betapa
tragis, mengerikan dan kejamnya peristiwa
penyaliban Yesus. Pribadi Yesus yang tidak bersalah dihakimi dan dihukum mati
tanpa peradilan yang adil. Pelakuan yang ditimpakan kepada Yesus pun diluar
batas kewajaran. Hanya karena ego, kebencian, iri hati dan pikiran jahat segelintir
orang, Yesus disudutkan dan diperlakukan dengan hina. Di kayu salib itu, Yesus
sendiri. Tidak ada orang yang sanggup menjadi kawan atas penderitaan-Nya. Ia
sungguh menderita, tak berdaya dan wafat dalam kesepian.
Pertanyaannya adalah apakah kita membiarkan Yesus tersalib lagi di era sekarang ini? Tersalib oleh virus corona. Posisi kita sekarang ada dimana? Ada di kerumunan orang yang mengolok, menghina dan merendahkan martabat Yesus ataukah kita mengikuti teladan Bunda Maria, Simon dari Kirene dan belajar dari wanita-wanita yang menangis? Kitapun seharusnya ikut bersama Dia dengan menyalibkan ego, kebencian, iri hati dan pikiran jahat demi memerangi maut COVID-19. Duka yang sebagian orang rasakan tentu berbeda dengan duka mereka yang saat ini berada di rumah sakit dan yang berjuang di garda terdepan dalam penanganan COVID-19 ini, karena berbeda hasilnya jika menyelesaikan masalah dengan kepanikan dan ketakutan dibandingkan dengan ketenangan dan penuh kepercayaan. Sejarah yang akan mencatat siapa orang-orang yang berjuang demi menangani COVID-19 ini bukan orang-orang yang hanya bisa menyalahkan apalagi mereka yang menyebarkan kebencian dan berita HOAX atau mereka yang mengambil keuntungan pribadi dari pandemi COVID-19 ini.
Kebangkitan Yesus memberikan optimisme bagi kita akan adanya keselamatan. Menjaga jarak bukan berarti meinggalkan kepedulian dan solidaritas. Mari bersama kita bergotong rotong saling meringankan beban, saling berempati, saling meneguhkan satu sama lain untuk menghayati pengorbanan salib Kristus. Memeriahkan paskah dengan berbuat tindakan nyata terhadap kehidupan kita sehari-hari, karena Yesus bersama dengan kita melewati derita COVID-19 ini. Terus berjuang memerangi Pandemi Virus Corona (COVID-19) ini agar kita bisa berkumpul bersama lagi, merayakan misa, mengembalikan kebahagiaan dan canda tawa kita hingga bencana ini tidak mampu mengalahkan kita.
Penulis : Egi
Praginanta
Numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*