Di
tengah kebisuan raga ini kaku mati seakan tak bisa terurai oleh kehidupan
dalam memberi perasa pada sebuah tanda
kehidupan, misa mati tak bisa memberikan semua tentang ruang yang sangat sempit
di tengah keleluasaan ini.
Melangkah
terus melangkah membiarkan tubuh ini di bawa oleh hasrat di hati tanpa mengenal
batas horizontal kehidupan, sekat akan ku bongkar keringat akan ku teteskan
hingga darah ku cucurkan.
Aku
ingin melang-lang buana mencari jiwa yang tak terhiraukan, cinta ini mendorongku
menerjang bebas ke jurang penderitaan yang selalu membuatku seakan tak berdaya
di tengah situasi seperti ini.
Aku
kini tak jumpai diriku lagi, kini aku terasing dari diriku dia yang lain memenjarakanku
menuntut kewajibanku tuk memberi tanggung jawab kepadanya.
Cinta
yang telah membuatku terasingkan dari kekakuanku, semua ini menjadi salah. Aku
melangkah dalam diam, sebut saja Sandra yang sangat terpenjara sampai aku lupa
kepada siapa aku bercerita.
Raga
ku tak kuasa untukku tahan di kala semua berubah menjadi saksi bisu di tengah
semua yang mencari cerita untuk kata kebebasan di tengah ketindasan yang tidak
bisa tertanding oleh sebuah keharusan dalam jerat itu.
Aku
terhimpit oleh rudal percobaan dan peluru jerat tidak bebas untukku hidup. Dalam
peluru mematikan ini ku tak bisa lari untuk menyelamatkan diri dan dalam keterhimpitan
di bawah tekanan jiwa tak kuasa kalimat gerak di lakukan.
Di
tengah hati ingin keluar dari zona terpenjara yang tersekap oleh ketidakadilan
yang tersandra, dan terkadang aku memikir hidup ini seperti memandang setangkai
bunga mawar yang begitu indah di lihat, pikiran yang ingin memiliki sangat
besar kemungkinan, tetapi dalam struktur kehidupan bunga mawar ini yang harus
di lihat lebih jeli lagi.
Seluruh
tubuh mungilnya pun di penuhi duri yang begitu tajam membuat semua keindahan
itu akan memudar bagaikan sebuah kertas yang usang yang bermakna isinya tapi
tampak luarnya yang tidak begitu indah lagi.
Dalam
tanda keindahan memang terlihat tertata warnanya pohon mawar ini, tak sampai
tangan ini ingin menggapai untuk memetik keindahan itu, tetapi dibalik indah itu
ternyata sangat menusuk seperti perkataan.
Ketika
ku di dera dalam ruang hampa itu ku merasa tak ada kata pengharapan di dalam
sebuah kehidupan ini, aku butuh naluri pengelihatan yang jeli, mata hati dan
tindakan hati dengan intuisi cinta manusiawi yang terpuruk ku rasakan.
Dalam
hilangnya keseimbangan harapanku di tengah horizontal ketiadaan antara aku dan
ketidak pastian tujuan hidup, disana kata cinta dan cita-cita akan terasing di
dunia lain, cita-cita dan cinta di ruang hampa cuma di maknai dengan kata, mata
dan terasa seperti kalimat kaku.
Seperti
tak bisa keluar untuk bisa berkata se-ia sekata kebebasan itu seakan jauh di rasakan dan kata itu tak selalu
terselubung dengan kata mutiara lagi ,dan kata motivasi itu pun tak akan lagi
muncul.
Aroma
kehidupan ini begitu silih berganti mengisi tubuh ini dan perasaan yang
bercampur aduk, dalam kesandaraan ini warna bunga mungil itu tidak ada lagi dilihat
di tengah kehidupan yang penuh dengan kata hampa.
Memang
dalam hidup ini ada bagian yang serasa sia-sia tetapi sebenarnya kita harus tau
bagaimana kita meralat bagian yang sia-sia itu, hanya orang yang bijaklah yang
bisa meralat semua tentang sakitnya dikurung dalam diam itu.
Penulis Yakobus Lukivantura
Numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*