Penyakit pernapasan yang disebabkan Servere Actute Respiratory Syndrome
Coronavirus-2 (SARS-CoV-2) pertama kali dilaporkan di Wuhan, Tiongkok pada
Desember 2019. Kemudian menyebar ke seluruh dunia pada awal 2020, puncak per
tanggal 31 Januari 2020 Word Health
Organization (WHO) menetapkan wabah corona sebagai pandemi global karena
menyebabkan darurat kesehatan publik tingkat internasional. Penetapan ini
dilandasi karena tingkat kegawatan dan kerumitan yang disebabkan wabah ini.
Pandemi Corona Virus atau disingkat Covid-19
bukanlah pandemi global pertama, ada 6 pandemi terburuk sepanjang sejarah
peradaban manusia, antara lain: Pertama,
Great Plague of London. Dilansir dari Historic-uk.com Great Plague of London merupakan wabah terbesar sepanjang sejarah
Kerajaan Inggris, wabah ini membunuh sekitar 100.000 orang atau 20 % penduduk
London. Kedua, Flu Spanyol. Menurut
catatan CDC, flu Spanyol adalah pandami influenza yang menyebar ke seluruh
dunia antara 1918 hingga 1919. Diperkirankan 500 juta orang atau sepertiga
populasi dunia terinfeksi virus ini pada masa itu dan menyebabkan sedikitnya 50
juta kematian di seluruh dunia. Ketiga,
Flu Asia. Penyakit ini disebabkan oleh virus jenis H2N2 dan pertama kali
dideteksi di Singapore tahun 1957. Virus ini menyebar ke Hongkong hingga
daratan Amerika Serikat. Diperkirakan 1,1 juta orang meninggal karena wabah
ini. Keempat, Pandemi Flu Hongkong
1968. Flu ini disebabkan oleh virus influenza A (H3N2), merupakan wabah pandemi
ketiga pada abad-20. Sesuai catatan Encyclopedia
Britannica, virus ini menewaskan sekitar 1 juta orang di seluruh dunai. Kelima,Pandemi Flu 2009. Pandemi ini
awalnya dikenal sebagai flu babi. Pertama kali dideteksi di Amerika Serikat dan
menyebar ke seluruh dunia. Menurut catatan CDC, virus ini menyebabkan hampir 1
juta orang meninggal dunia. Keenam, Pandemi
Covid-19. Menurut catatan Johns Hopkins
University, hingga 21 Mei 2020 Covid-19 sudah menyebar ke 188 Negara
menginfeksi 5.000.561 orang dan menyebabkan sekitar 328.191 jiwa meninggal
dunia.
Sebagai catatan dalam 2 dekade terkahir dunia juga
diserang wabah pernafasan selain Covid-19. Pada tahun 2002 terjadi wabah serve actue respiratory syndrome yang
dikenal dengan SARS disebabkan oleh
SARS-coronavirus (SARS-CoV) dan disusul
wabah Middle East respiratory Sydrome (MERS) tahun 2012 yang
disebabkan oleh MERS-coronavirus
(MERS-CoV). Kedua wabah dimasa lalu ini memakan korban dengan angka data yang
berbeda, MERS mempunyai angka kasus 1000-an sendangkan SARS
dengan 8000-an kasus. Secara data mortalitas yang diakibatkan SARS 10%
dan MERS 40 %. (PDPI, 2020). Dengan begitu dapat dikatakan coronavirus adalah
estafet dari wabah sebelumnya yaitu SARS dan MERS yang belum menjadi bahan
pelajaran yang tepat agar wabah tidak terulang lagi. Dapat dikatakan dengan
pemikiran sederhana bahwa wabah ini terjadi akibat ulah manusia yang tidak
dapat menjaga kebersihan sehingga tidak dipikirkan dampak di kemudian hari
meskipun sudah terjadi wabah SARS kemudian muncul wabah baru MERS dan tak
berujung hingga bersatus pandemi bagi bumi yaitu corona jenis baru COVID-19
Berdasarkan hasil penelusuran, bermula dari WHO
China Country Office yang menyampaikan
laporan gawat darurat pada tanggal 31 Desember 2019 bahwa terdapat kasus
pneumonia yang belum diketahui etimologinya di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina
(Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, 2020). Garis awal
data epidemiologi memperlihatkan angka signifikan yaitu 66% pasien terifeksi
dengan fokus satu pasar seafood atau
live market di Wuhan, Provinsi Hubei
Tingkok (Huang, et.al, 2020). Sampel Isolasi
dari pemeriksaan pasien menunjukkan hasil adanya infeksi coronavirus,
betacoronavirus jenis baru, diberi nama novel Coronavirus (Yuliana,2020). Virus
COVID-19 secara ilmiah sudah dipastikan bahwa virus ini dapat ditularkan dari
manusia ke manusia yang telah menyebar secara luas dari Cina hingga menyebar ke
188 Negara.
Untuk Indonesia sendiri, Covid-19 pertama kali
terkonfirmasi pada tanggal 2 Maret 2020. Kemudian grafik korban positif semakin
bertambah hingga saat ini. Data 21 Mei 2020, korban positif 19.189, sembuh
4.575, dan meninggal 1.242 (covid19.go.id). Artinya tren covid-19 masih sangat
mengkhawatirkan dan berpotensi untuk memakan korban jiwa yang semakin banyak
apabila tidak ditangani secara baik dan berkelanjutan.
Berdasarkan data ilmiah dari Direktorat Jenderal
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (2020) COVID-19 tidak dapat ditularkan
melalui udara seperti rumor ditengah masyarakat melainkan ditularkan melalui
kontak dekat dan droplet, selain itu
orang-orang yang beresiko terpapar virus ini adalah berhubungan dekat dengan
pasien terinfeksi atau yang merawat pasien COVID-19. Tindakan pencegahan yang
tepat adalalah menjalankan hidup sehat, menjaga kebersihan dan menerapkan physical distancing.
Melalui penelitian dari studi kepatuhan masyarakat
Indonesia terhadap himbauan physical
distancing dan hidup bersih selama pademi covid-19 menunjukkan angka yang ilmiah ditinjau dari beberapa aspek diantaranya
hasil suvery jaga jarak serta perilaku hidup bersih dan sehat. Pada frekuensi
melakukan jaga jarak terdapat 54,29% mengatakan selalu, 31,29 % mengatakan
sering, 12,24 % mengatakan kadang-kadang, 1,00 % mengatkan jarang dan 0,37 %
mengatkan tidak pernah. Benar-benar cukup mendorong efek yang menyadarkan
banyak individu. Himbaunan ini sudah menyebar luas dengan adanya media
teknologi yang bisa memberikan manfaat namun juga dapat memberi rasa cemas setiap penerima
informasi.
Ditetapkan sebagai pandemik karena virus ini tidak
mengenal dan tidak peduli pada indentitas negara maju atau berkembang, daerah
perkotaan atau perkampungan bahkan manusianya yang kaya maupun miskin. Mau
tidak mau kita semua menatap kejadian wabah ini dengan respon serius sampai
menyepelehkan. Situasi global termasuk Indonesia menerima Kerugian besar dari
banyaknya aspek seperti ekonomi, politik, pendidikan serta memberi dampak pada
kesehatan fisik dan psikis seseorang. Berdasarkan data dari UNESCO, terdapat 39
negara yang menetapkan penutupan sekolah dengan total jumlah pelajar
mencapai 421.388.462 anak (Purwanto,
Masduki, Rudy dan Priyono; 2020). Pendidikan di Indonesia berjalan sangat tidak
efektif memaksa pelajar ikut alur daring yang tidak biasa karena proses belajar
dan pembelajaran harus dihentikan, Ujian Nasioanl tahun 2020 di hapuskan, salah
satu universitas melangsungkan wisudah secara online, dan penerimaan siswa maupun
mahasiswa baru dihitung mundur hingga kondisi diperkirakan, .
Wabah ini memang sacara langsung akan berdampak
terhadap kesehatan fisik, ekonomi, sosial, dan juga politik. Untuk menangani
hal tersebutu pemerintah telah memperbaiki fasilitas kesehatan, pemberian
bantuan sosial, hingga kebijakan-kebijakan lain yang menyelamatkan kondisi
ekonomi. Tapi ada kesehatan lain yang tidak kalah penting dan tidak boleh luput
dari perhatian pemerintah, yakni kesehatan psikis atau psikologi.
Selain menyerang kesehatan fisik Wabah Covid-19 dipastikan akan menyeran kondisi psikologis
setiap individu. Meninggalkan kebiasaan lama seperti nongkrong, PHK, Isolasi
Mandiri dipastikan akan mempengaruhi emosi seseorang. Artinya, wabah Covid-19
akan menyebakan tekanan mental. Menurut IASC (2020) hal-hal yang telah memengharui
masyarakat seperti :
1. Bahaya
seseorang teinfeksi dan dapat menularkan orang lain, apalagi cara penularan ini
belum tau pasti 100% diketahui masyarakat.
2. Gejala
umum bila terifeksi covid-19 seperti salah satunya batuk, hal ini malah salah
diartikan oleh masyarakat sehingga menimbulkan rasa takut terinfeksi
3. Pengasuh
atau orang tua merasa cemas meninggalkan anak-anaknya dirumah sendiri tanpa
asuhan yang tepat kondisi pandemik
karena aktivitas sekolah berhenti.
4. Adanya
resiko penurunan keadaan fisik dan psikis pada usia rentan seperti usia lanjut
dan disabilitas. Jika yang merawat dikarantina dan tidak ada layanan serta
dukungan lain.
Kondisi pandemik yang tidak dapat diukur dengan
jelas kapan berakhirnya tentu menimbulkan rasa cemas bagi siapa saja, ada
membayangkan bagaimana nanti kelanjutan ekonomi hidup jika tidak bekerja, nasib
pendidikan selanjutnya dan lainya.
Meskipun kondisi bersatus gawat darurat penting adanya pengendalian emosi dan
edukasi demi keseimbangan kesehatan fisik dan psikis selama menghadapi pandemic
Covid-19.
Emosi sering salah diartikan oleh kebanyakan orang,
emosi disimbolkan hanya sekedar marah padahal emosi memiliki pengertian
tersediri. Emosi adalah keinginan seseorang untuk berperilaku (Manizar, 2016). Emosi memiliiki 7 golongan yaitu pertama, Amarah; marah
besar, jengkel, memuakan, kesal hati,tersinggung dan bemusuhan. Kedua, kesedihan
; menagis, pedih, pilu, kesepian, ditolak, merasa tak berdaya, dan putus asa.
Ketiga, Rasa takut : gugup, khwatir,
takut, cemas, kecut, tidak tenang. Kempat, kenikmatan: puas, senang, bahagia,
tabjub, terpesona dan rasa luar biasa. Kelima, Cinta : pesahabatan, kasih, penerimaan, kepercayaan, kebaikan hati, dan
kasmaran. Keenam, Terkejut : terkejut, terpana, jengkel, hina, jijik, muak,
benci dan tidak suka. Ketujuh, Malu : malu hati, rasa bersalah, sesal, aib dan hati hancur lebur (Daud,
2012).
Disamping itu emosi memiliki fungsi sebagai sarana untuk bertahan dalam hidup,
individu yang memiliki emosi guna
memberikan kekuatan melindungi diri dari gangguan baik dari dalam diri maupun
dari luar diri. Emosi terbagi lagi dalam
dua arah, emosi positif dan emosi
negatif. Emosi positif seperti cinta, kenikmatan contohnya saja mendapatkan
pasangan yang pengertian, naik jabatan, rekasi yang dihasilkan dapat
meningkatkan gairah dan semangat
mempertahankan hidup. Emosi negatif seperti kesedihan, amarah, rasa takut
contohnya takut terinfeksi, perawat merasa marah ketika orang-orang tidak mau
di rumah saja untuk memutuskan rantai penyebaran virus, pelajar atau mahasiswa
merasa muak dengan daring yang sulit diikuti bahkan juga emosi buruk tak
terkendali seperti menyalahkan negara yang asal mula virus hingga menyebarkan
ke seluruh dunia. Ketika kita dihadapkan masalah yang sulit diterima, kita pasti akan mengalami tekanan sehingga
memunculkan emosi negatif, stress bahkan depresi. Dengan demikian penting
adanya pengendalian emosi baik setiap individu maupun kelompok untuk melalui
masa krisis pandemic Covid-19 ini.
Menurut Nadhiroh (2015) pengendalian emosi sangat
penting ada di dalam kehidupan manusia, terlebih untuk menstabilkan ketengangan
yang berasal dari emosi yang berlebihan. Proses terjadinya ketidakseimbanga hormonal dalam tubuh, dan
menimbulkan ketegangan psikis terutama emosi-emosi negatif. Apalagi
pengendalian emosi ini tepat untuk diterapkan pada saat masa masa wabah yang
memancing emosi negatif bagi siapa saja.
Pengendalian emosi terdapat beberapa model yang
dapat dilakukan secara sederhana. Pertama, model displacement, adalah cara mengalihkan atau menyalurkan emosi kepada
obyek lain.. Model ini terdapat katarsis, manajemen ‘anggur asam’
(rasionalisasi) dan dzikrullah. Kedua, model cognitive adjusment, yaitu penyesuaian antara pengalaman dan pengetahuan
yang tersimpan di dalam kognitif dengan
berusha memahami masalah yang terjadi. Model ini terdapat atribusi positif (husnudzhon), empati dan
altruisme. Ketiga, model coping, yaitu dengan menerima atau
menjalani segala hal yang terjadi dalam kehidupan, meliputi, syukur, bersabar,
pemberian maaf, dan adaptasi adjusment. Keempat,
model lain-lain seperti regresi, represi dan relaksasi. Jadi pengendalian ini
dapat ditemukan dalam diri, hanya dirilah yang dapat mengendalikan dirinya.
Manusia yang sadar pasti menindak tegas bahwa manusia mengendalikan emosi bukan
emosi mengendalikan manusia. Percayalah bahwa semua permasalahan yang terjadi
di dalam kehidupan pasti memiliki jalan, belajar dan belajar harus dilalui
untuk dapat terbiasa dengan perasaan yang tenang dan emosi yang positif.
Daftar Pustaka
Daud, Firdaus. 2012. Pengaruh Kecerdasan
Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA 3
Negeri Kota Palopo. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, Vol19 (2)
Cdc.gov. History of 1918 Flu Pandemic. Diakses dapa tanggal 20 Mei 2020 di: https://www.cdc.gov/flu/pandemic-resources/1918-commemoration/1918-pandemic-history.htm
Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit [P2P]. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID-19). Kementrian Kesehatan RI : Jakarta
Historic-uk.com. The Great Plague 1665 – the Black Death. Diakses pada tanggal 21 Mei 2020 di: https://www.historic-uk.com/HistoryUK/HistoryofEngland/The-Great-Plague/
Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao
J., Zan, g Li., Fan, G., etc. 2020. Clinical Features of patients infected with
2019 novel coronavirus in Wuhan, China, The Lancet, 24 Jan 2020\
Johns Hopkins
University and Medicine. 2020. COVID-19 Dashboard by the
Center for Systems Science and Engineering (CSSE). Diakses pada 21 Mei 2020 di: https://coronavirus.jhu.edu/map.html
Manizar, Ely. 2016. Mengelola Kecerdasan
Emosi. Tadrib, Vol 2 (2)
Nadhiroh, Yahdinil Firda. 2015. Pengendalian
Emosi (Kajian Religio-Psikologis tentang Psikologi Manusia. Jurnal Saintifika Islamica, Vol 2 (1)
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2020.
Paduan Praktik Klinis : Pneumonia
2019-nCoV. PDPI : Jakarta
Rachmawati, dkk. 2020.Studi Kepatuhan
Masyarakat Terhadap Imbauan Jaga Jarak dan Hidup Besih Selama Pandemi Covid-19.
Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan Ri.
Iinter-Agency Standing Committee [IASC].
2020. Catatan Tentang Aspek Kesehatan Jiwa dan Psikososial Wabah COVID-19 Versi
1.0
Purwanto, Agus, Masduki Asbari, Rudy Pramono
dan Priyono Budi Santoso. Studi Ekspoloratif Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap
Proses Pembelajaran Online di Sekolah Dasar. Journal of Education, Psychology and Counseling, Vol 2 (1)
World Health Organization. Naming the
coronavirus disease (COVID-19) and the virus that causes it [Internet]. Geneva:
World Health Organization; 2020 [cited 2020 March 29]. Available from:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novelcoronavirus- 2019/technical
-guidance/naming-the-coronavirusdisease-(
covid-2019)-and-the-virus-that-causes-it.
World
Health Organization. Coronavirus disease 2019 (COVID-19) Situation Report – 70
[Internet]. WHO; 2020 [updated 2020 March 30; cited 2020 March 31]. Available
from: https://www.who.int/
docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200330-
sitrep-70-covid-19.pdf?sfvrsn=7e0fe3f8_2
Yuliana
. 2020. Corona Virus Diseases (Covid-19); Sebuah Tinjauan Literatur. Wellness and Healthy Magazine, 2(1)
Numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*