Oleh : Jessica Tumonglo
I.
Selayang Pandang
Tahun 2020 menjadi tahun
terjadinya perubahan masif yang melibatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat
dunia. Hal ini disebabkan dengan kehadiran virus
corona (COVID-19) yang sebenarnya muncul pertama kali pada tahun 2019 di
kota Wuhan, Tiongkok. Menurut data dari WHO per tanggal 22 Mei 2020, terdapat
216 negara yang dilaporkan telah terinfeksi virus COVID-19. Salah satu negara
yang terdampak oleh virus ini adalah Indonesia. Gugus Tugas Percepatan
Penanganan COVID-19 melaporkan kasus positif COVID-19 per tanggal 22 Mei 2020
yang telah bertambah sebanyak 634 menjadi 20.796 orang dengan pasien sembuh
sebanyak 5.057 orang dan total kasus meninggal sebanyak 1.326 orang. Penambahan
kasus positif ini menunjukkan bahwa kurva pandemik COVID-19 yang terjadi di
Indonesia belum mencapai puncaknya. Hal ini menunjukkan perjalanan yang masih
panjang bagi kehidupan normal di Indonesia dan perjuangan yang harus terus
ditingkatkan dari seluruh jajaran masyarakat.
Di tengah perjuangan tenaga
medis sebagai garda terdepan pejuang COVID-19 beserta peran dari seluruh
jajaran pemerintah dan masyarakat, ternyata masih terdapat banyak masyarakat yang
tidak disiplin dalam kebijakan yang diterapkan pemerintah yaitu Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB). Banyak masyarakat yang masih melanggar PSBB,
salah satunya adalah kebijakan larangan mudik lebaran sebagai bentuk pemerintah
menerapkan physical distancing dan mencegah
penyebaran COVID-19 yang semakin meluas. Berdasarkan pernyataan dari Dwimawan
Heru selaku Pimpinan Grup Komunikasi Korporat dan Pengembangan Komunitas PT
Jasa Marga, sebanyak 82.971 kendaraan telah meninggalkan Jakarta melalui Tol
Jakarta-Cikampek menuju Tol Trans Jawa dan Cipularang sejak tujuh hari sampai
lima hari sebelum Lebaran 2020 (Haryanto, 2020).
Ketidakpatuhan masyarakat
dalam penerapan PSBB juga terlihat pada kejadian tanggal 16 Mei 2020 ketika Mal
CBD Ciledug diserbu oleh masyarakat. Kejadian ini terjadi akibat adanya rentang
waktu dua hari sebelum PSBB di Kota Tangerang kembali diperpanjang pada tanggal
18 Mei 2020. Masyarakat tampak
beramai-ramai menunggu di pintu mal dan berhamburan masuk tanpa mengedepankan
prinsip physical distancing.
Kejadian ini ditambah
dengan adanya keramaian yang terjadi di Pasar Tanah Abang pada tanggal 2020.
Dilansir dari situs kumparan.com,
pembeli dilaporkan rela berdesak-desakan dengan tujuan untuk membeli baju baru
persiapan menuju lebaran. Bima Arya menyatakan kekecewaannya karena banyak
masyarakat yang membeli baju lebaran menggunakan dana bantuan sosial (Bansos)
yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Kekecewaan juga
timbul pada setiap aspek masyarakat yang telah ambil andil dalam memerangi
virus ini, termasuk pihak-pihak yang rela menanggung kehilangan pendapatan dan
tenaga medis yang bahkan mempertaruhkan nyawanya demi memberantas virus ini.
Indonesia merupakan negara
yang mengedepankan budaya yang telah melekat dalam kehidupan, salah satunya
adalah tradisi yang dilakukan terus meneurs ketika lebaran. Maka dari itu,
tidak mengherankan apabila tradisi pulang ke kampung halaman atau mudik menjadi
hal yang wajib dilakukan saat masa lebaran. Tradisi lain yang telah melekat di
masyarakat adalah membeli baju baru saat lebaran. Hal ini tentu bukanlah
tradisi yang harus dipertahankan di tengah kondisi pandemik ini. Hal yang harus diutamakan adalah faktor
kesehatan dan keselamatan diri agar terus terlindungi dari virus ini. Mengingat
kondisi ekonomi yang juga tidak menentu dan tidak dapat diprediksi di masa
depan, hidup hemat dan tren menabung harus menjadi hal yang penting untuk ditumbuhkan.
Di tengah kondisi seluruh
dunia yang sedang berjuang melawan virus ini, muncul suatu gagasan “The New Normal” yang menjadi alternative
dari kemungkinan kemunculan virus ini yang tidak akan hilang dan mempengaruhi
hajat hidup seluruh orang. “The New Normal” adalah gagasan yang berupa
kehidupan baru dengan terjadinya perubahan-perubahan yang penting diterapkan
dalam keberlangsungan hidup sehari-hari. Perubahan tersebut terkait dengan
perilaku yang tetap mengutamakan protokol pencegahan COVID-19.
Hal ini tentu menjadi
gagasan yang perlu disosialisasikan di seluruh penjuru masyarakat Indonesia.
Kehidupan sehari-hari dapat terus berjalan normal ketika masyarakat mampu
menjadikan langkah pencegahan COVID-19 sebagai gaya hidup yang melekat dalam
kehidupannya. Hal ini menunjukkan peran propaganda yang penting dalam
menggaungkan pentingnya langkah pencegahan COVID-19.
Kejadian
pelanggaran PSBB yang terjadi di Indonesia ini menunjukkan bahwa masih banyak
masyarakat menengah ke bawah yang tidak mengetahui pentingnya melakukan langkah
pencegahan COVID-19. Masyarakat ini belum terpapar dengan propaganda yang terus
digaungkan oleh pemerintah sehingga tidak ikut terlibat dalam memutus rantai
penyebaran COVID-19 di Indonesia. Beberapa faktor mendasari hal tersebut, antara
lain: penggunaan media sosial yang kurang, adanya desakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan menjaga tradisi, Maka dari itu, kaum intelektual seperti
mahasiswa dan kaum profesional dapat memberi kontribusi dalam penyebaran
“propaganda” tersebut melalui program penyuluhan yang mencerdaskan masyarakat. Peran
ini tentu akan membantu pemerintah dalam terus mengupayakan kebijakan
pencegahan penyebaran virus ini terus digaungkan pada seluruh jajaran
masyarakat Indonesia.
II.
Program Penyuluhan
Masyarakat sebagai Solusi
Program
penyuluhan dan masyarakat “MANTAN REMAJAH” menjadi langkah inovatif yang dapat
dilakukan oleh kaum intelektual dalam ikut berpartisipasi dalam meningkatkan
propaganda terhadap masyarakat golongan menengah ke bawah untuk meningkatkan
kesadaran . Program ini mencakup lima
hal penting yang perlu menjadi bagian dari kehidupan masyarakat di tengah
kondisi “The New Normal” saat ini,
antara lain:
·
Jarak
aMAN dijaga,
·
TANgan
cuci lebih sering,
·
Rumah
lebih baik, hindari kEramaian,
·
MAsker
dipakai saat harus di tempat umum, dan
·
waJAH
jangan disentuh
Kelima
hal ini akan menjadi tema yang akan berulang-ulang digaungkan dalam program
penyuluhan masyarakat ini.
2.1 Jarak
Aman Dijaga
Poin pertama dari “MANTAN
REMAJAH” ini menekankan pentingnya melakukan jaga jarak yang aman dalam
melakukan kegiatan sehari-hari. Penekanan poin ini dilakukan dengan pencerdasan
kepada masyarakat terkait jarak aman yang harus dijaga yaitu dua meter dan
menjadi lebih panjang ketika berada dalam kondisi terbuka dengan angin bertiup.
Hal ini tentu perlu dilakukan
2.2 Tangan
Cuci Lebih Sering
Poin kedua dari “MANTAN
REMAJAH” ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga
kebersihan di tengah . Memaparkan informasi tentang tangan sebagai pembawa
bakteri dan virus yang sangat … Pelatihan cara mencuci tangan yang baik,
memberi pengarahan pentingnya mencuci tangan karena banyak barang tempat virus
dapat terus bertahan dalam waktu yang lama. Pemberian bahan pembersih seperti
sabun dan hand sanitizer.
2.3 Rumah
Lebih Baik, Hindari Keramaian
Poin ketiga dari “MANTAN
REMAJAH” ini ber . Memaparkan pentingnya berada di rumah sebagai bentuk
kontribusi perjuangan memutus rantai penyebaran COVID-19, Pemberian edukasi
masyarakat terkait dunia digital sebagai solusi untuk mendekatkan jarak yang...
Tetap menjaga budaya silaturahmi dengan tetap menjaga physical distancing. Pemberian edukasi terkait hal produktif yang
dapat dilakukan di rumah, antara lain: penanaman tanaman yang dapat menjadi
sumber bahan pokok makanan maupun tanaman obat, memulai usaha kecil berbasis
daring seperti usaha makanan atau , dan lain-lain.
Pemberian bibit tanaman dan
menanam bersama,
2.4 Masker
Dipakai Saat Harus di Tempat Umum
Poin keempat dari “MANTAN
REMAJAH” ini merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai peran penting dari masker dalam melindungi kehidupan
sehari-hari masyarakat. Masyarakat diajarkan untuk terus menggunakan masker ketika
harus berpergian dari rumah untuk hal-hal penting seperti berbelanja
bahan-bahan pokok maupun tuntutan pekerjaan yang mengharuskannya keluar dari
rumah. Masker yang dianjurkan untuk masyarakat adalah masker kain, sedangkan
masker medis habis pakai digunakan untuk tenaga medis yang memiliki risiko
tinggi berhadapan langsung dengan COVID-19.
2.5 Wajah
Jangan Disentuh
Poin
kelima dari “TAMAN REMAJAH” ini meliputi pemaparan informasi terkait virus
COVID-19 itu sendiri dengan pembawaan yang mudah dimengerti oleh masyarakat dan
bantuan peragaan. Kegiatan ini mencakup pencerdasan terkait mekanisme
patofisiologi COVID-19 yang memasuki tubuh melalui daerah atas dalam bentuk
droplet. Pencerdasan ini mendasari dilakukannya pengarahan untuk masyarakat
dapat berhenti dari kebiasaan menyentuh wajah, menutup mulut dengan siku ketika
ingin batuk atau bersin, dan segera mencucinya dengan air bersih.
Setiap
jajaran masyarakat harus mengambil bagian dalam mendukung kebijakan pemerintah.
Peran mengedukasi dan menyebarkan propaganda COVID-19 tentu harus menjadi
bagian yang diambil oleh kaum intelektual seperti mahasiswa maupun kaum
profesional. Program penyuluhan masyarakat “MANTAN REMAJAH” ini tentu menjadi
kegiatan kreatif yang turut mengambil bagian penting dalam menolong pemerintah
menggaungkan propaganda terkait pencegahan virus ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Haryanto, A. (2020). Sebanyak 82.971 Kendaraan Tinggalkan Jakarta
Lewat Tol Cikampek. Diakses pada
https://tirto.id/sebanyak-82971-kendaraan-tinggalkan-jakarta-lewat-tol-cikampek-fzLG?utm_source=Tirtoid&utm_medium=Terkait
Numpang promo ya gan
ReplyDeletekami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*