Sumber Foto : Cindi Fantika (PPK PMKRI Cab. Palangka Raya)
Sore
hari datang lagi untuk kesekian kalinya, sambil mendengarkan lagu “ Disini Dibatas
Kota Ini” diproduksi tahun 1988 yang dipopulerkan oleh Tommy J Pisa. menghantar
ingatan seperti keawal perjuangan
masuk universitas dan bertemu dengan namanya Margasiswa PMKRI. Mimpi dan doa menjadi
landasan sebuah harapan yang perlu diperjuangkan dengan berbagai cara yang
ditempuh.
“rintangan yang datang silih berganti pedih,
perih mencekam menusuki aku mengharap slalu doa suci dari mu”. Merupakan ungkapan
yang pasti dihadapi setiap individu apabila menginginkan kemajuan didalam hidup
kearah yang lebih baik. Tetapi banyak juga yang menyerah dengan caranya
masing-masing dalam menggapai mimpi atau bahkan melakukan segala cara demi
mimpi dapat tercapai yang berujung pada tindakan negatif (tidur sepanjang hari,
suka imajinasi, mencuri, melakukan tindakan kriminal dan depresi berujung pada
bunuh diri diusia muda), menepis kemungkinan itu semua harus ada doa dari orang
terdekat seperti orang tua untuk memudahkan langkah perjuangan individu.
Dalam
Yakobus 2:14-26 juga mengingatkan kita “Iman
tanpa perbuatan pada hakekatnya mati” sebab iman menjadi sempurna apabila
iman tersebut dapat berkerja sama dengan perbuatan-perbuatan yang baik dan
berdampak kepada orang banyak. berbeda halnya perbuatan tanpa iman adalah
keributan menjelang kematian. Maka sangat ditekankan dalam hal pemaknaan substantum equilibrium atau suatu
keseimbangan yang wajar dan real dalam menata suatu kehidupan, walau pun saat
ini banyak ungkapan “ Banyak jalan menuju Roma” tetapi perlu kita takar mana
yang pas untuk menjadi skenario jalan kita.
Dari
ungkapan diatas maka perlu saya sapa apa kabar para srikandi dan kanda Baret
merah bol kuning yang melambangkan keberanian, kegigihan dan kewibawaan untuk
menjadi prajurit gereja dan tanah air. Itu bukan ungkapan yang melebih-lebihkan
tetapi memang yang tertuang dalam buku saku kita, apabila ada yang mulai merasa ungkapan itu
terlalu berlebihan mungkin dia sudah mulai bergeser dari jalur awal yang dibuat
founding father perhimpunan kita. Wkwkwkw... (hanya bercanda)
Perlu
saya cerita terlebih dahulu ketika ingin melangkah masuk ke universitas secara
terkhusus kami anak desa, sembari mencoba mengingatkan rekan-rekan pergerakan
lainnya tentang ceritanya diawal masuk dan mengenal yang namanya organisasi. Tentunya
saya sendiri pernah merasa kekhawatiran luar biasa tentang kehidupan di kota
nantinya dan problem yang akan menghampiri, belum lagi suguhan dalam televisi
dan media sosial yang selalu menampilkan kebengisan wajah kota. Di tambah
tingkat perekonomian keluarga yang pas-pasan. Tetapi dua hal yang tetap saya
pertahankan tekat menjadi kuncinya dan doa orang tua menjadi dorongannya.
Menyelesaikan
masalah dalam internal diri cukup melelahkan saat itu, apalagi kalau dipikirkan
kembali memang rumit, tetapi cari metode dan jalankan sesuai dengan fashion
kita sendiri. Hal serupa didalam proses pertempuran, tentukan strategi agar
dapat bertahan hidup, sebab pada prinsipnya masuk dalam medan pertempuran
jangan diam, pasrah dengan keadaan dan terpatok dari perintah atasan yang belum
tentu benar. Maka proses disampingnya sangat diperlukan untuk mencapai tingkat kepuasan
maksimal diatas rata-rata. Analogi sederhananya medan pertempuran adalah universitas, atasan dalam hal ini dosen dan proses
disampingnya adalah organisasi ataupun pekerjaan yang dapat menunjang
kualitas individu ditengah kesibukan sebagai individu.
Dari
ungkapan saya diatas ada dua hal yang ingin disampaikan untuk petarung-petarung
baru yang nantinya mengganti peran dan fungsi kami dialam medan pertempuran
dunia kampus. Pemaparan dengan mengunakan siklus PDCA (Plan, Do, Chek, dan Act)
yang pertama kali diperkenal oleh
seorang ahli manajemen kualitas dari Amerika Serikat yang bernama Dr. William
Edwards Deming untuk mempermudah menemukan inti sarinya.
Pertama
kita mulai dari Plan (Merencanakan) dan Do (Melaksanakan), digerakan awal
tentunya menetapkan terget dan sasaran yang matang dalam hal memilih jurusan
dan universitas, mempersiapkan segala keperluan adminitrasif yang dibutuhkan, mengumpulkan keberanian untuk
beranjak dari zona nyaman ke zona rentan
sebelum zona sulit melilit, berdamailah dengan diri sendiri karna masalah
internal lah cepat membawa kebobrokan dan mintalah doa serta dukungan dari
orang tua, maka landasan dasar yang kuat untuk Plan (Merencanakan) ada didalam
genggaman.
Selanjutnya
Do (Melaksanakan) mulai berani menerapkan tahap demi tahap dari plan, disinilah
menjadi pusat kebingungan berawal, berdasarkan pengalaman tiga tahun silam.
Dimana memberanikan diri mempertanggungkan rencana (awal masuk di Universitas),
seperti berjalan lebih jauh dari sebelumnya ibaratkan sungai tanpa tepian,
kesendirian selalu menghampiri, bergerak selalu salah, sesuatu baru menghampiri
dan beradaptasi rasanya tidak dapat terjadi apalagi cepat seperti bunglon cukup
dengan ucapan bimsalabim wk..wk..wk. Memang rasanya sulit adek-adek ku diawal
perjuangan tetapi bergerak lebih dalam sedikit sudah mulai terasa kesejukannya
yang diberi semesta kepada kita.
Tahap
kedua menjadi ungkapan yang panjang karena
kita harus berani merefleksi kembali apa yang sudah kita lalui dan sejauh mana
suatu pencapaian. Chek (memeriksa) dan Act (menindak) ini kembali dan berujung
kedalam berposes disampingnya. Ketika dulu berdialog dengan kawan-kawan pergerakan
tentang pengalaman mereka diawal masuk mengungkapkan suatu proses didalam medan
pertempuran akan terasa hambar ketika kita hanya mengasah satu kemampuan saja didalam
alur skenario yang monoton akan tetapi pemanis sangat diperlukan melengkapi
kefasihan ini. Karna kebanyakan proses pembelajaran dikampus hanya meningkatkan
pemahaman dalam teorinya saja tetapi didalam organisasi dapat langsung
dipraktekkan.
Pemanis
yang dimaksud iyalah organisasi menjadi rumah ketiga kita setelah kost dan
universitas. tahap memerikas (chek) ini perlu kita ukur kemampun sejauh mana.
Tentunya banyak hal indah yang dirasakan selama berorganisasi sehingga untuk
pejuang-pejuang baru harus siap mengambil posisi meneruskan estafet
kepemimpinan organisasi. Sebab dampaknya akan dirasakan dan menunjang individu
dalam perkuliahan karna sudah dipastikan memiliki kelebih dari kawan-kawan yang
tidak berorganisasi. Tetapi
apa bila fungsi manajemennya tidak dipakai juga dapat berakibat fatal untuk
individu tersebut, Wkwkwkw... . Di bawah ini coba saya paparkan secara garis
besarnya.
Organisasi
umumnya memiliki visi atau tujuan dan misi yang menjadi langkah untuk mencapai
suatu visi itu yang perlu dipahami. Selanjutnya sesuaikan dengan fashion sebab
organisasi mahasiswa yang kawan-kawan jumpai sangat beragam baik dari
organisasi keagamaan, pengkaderan, sosial, dll. Membedah didalam organisasi
disini nilai pengetahuan (knowladge) mulai setapak demi setapak akan diserap, dari
belajar public speaking, membawa sebuah rapat, menghargai pendapat orang lain,
menentukan pernyataan yang paling tepat dari yang tepat, memanajemen suatu
cara, bahkan membuat acara iru sendiri, tentunya lengkap nilai yang akan didapat.
Maka
ketika proses didalam dunia kampus sudah clear baru lah kita mengenal namanya
Act (menindak lanjuti) pengetahuan yang didapat, sebab kata para senior kehidupan diluar lebih
kejam dari siksaan ibu tiri, apabila kita tidak siap. Tetapi intinya terus lah
berpengharapan dengan tujuan awal seperti dalam buku The Secret-Rahasia, mengatakan kunci dari hukum tarik menarik
adalah pikiran. Selama pikiran kita tetap berfokus pada suatu tujuan nisaya tujuan
tersebut akan dapat kita genggam didalam tangan.
Pasti
sudah ada mulai bertanya apa organisasi saya... hehehe. Sebenarnya tidak mau
sombong sebab organisasi mahasiswa yang saya ikuti mencakup bidang keagamaan,
sosial, dan pengkaderan juga, sehingga didalamnya banyak mengajarkan hal baru
tidak terpaku dalam satu alur skenario cerita melainkan diselimutkan berbagai
kerangka pemikiran baru. Sehingga tidak hanya berbicara tentang intelektual
melainkan spritual. Maka jangan heran keseimbanagan pengetahuan sangat
diperlukan didalamnya. Semboyan spiritual yang diajarkan secara mendalam kepada
setiap kader yaitu Religio Omnium Scientiarum Anima
yang memiliki arti Agama adalah jiwa segala ilmu pengetahuan dan
semboyan misioner Pro Ecclesia et Patria yang artinya berjuang untuk gerja dan
tanah air.
Organisasi
saya adalah Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) jadi untuk
para pejuang-pejuang baru mahasiswa yang beragama katolik nanti dimanapun
kampus berkuliah silahkan cari organisasinya, apabila organisasinya tidak
berjalan kamu yang bangkitkan, dan apabila memang tidak ada PMKRI di ruang
lingkupmu hadirkan, maka namamu akan terukir dalam catatan sejarah perjalanannya.
untuk bersama-sama kita berjuang untuk gereja dan tanah air di NKRI kita
tercinta.
Sejalan
dengan pernyataan dalam paragraf
4, yang menyatakan “sudah mulai bergeser dari lintasan awal” merupakan ungkapan
metafora yang saya pakai menggambarkan kondisi organisasi sekarang ini dimana kadernya
mulai kehilangan arah dari perencanaan awal karna berbagai aspek. maka didalam
momentum dan kondisi seperti ini mari kita merefleksi bersama untuk srikandi
dan kanda perhimpunan baret merah bol kuning bagaimana sebenarnya peran kita
sebagai mahasiswa katolik yang dapat berkontribusi terus untuk kemajuan gereja
dan negara dengan tetap memengang spritualitas pembinaan kader yang terwujud
dalam bentuk 3 benang merah (Intelektualitas, Kristianitas dan Fraternitas).
Tidak lupa juga pernah dipertegaskan dulu diawal masuk, dikatakan organisasi adalah suatu wadah yang dapat memperlancar kita didalam mencapai perncanaan awal kita selain berharap dari ilmu yang didapat dalam bangku perkuliahan. Tetaplah raih suatu harapan dengan berjuang dan berdoa. Akhirnya tidak lupa sore ini kita tetap mendengar lagu Disini Dibatas Kota Ini” oleh Tommy J Pisa, wkwkwkwk....
Penulis : Obi Seprianto
0 comments: