Matahari
terlahir dengan begitu ceria, jalanan yang dulunya ramai dihuni manusia telah
terasa asing. Aku seorang diri melangkah dengan ketidakpastian menelusuri
jalanan kota. Dengan hati galau akan situasi yang telah terjadi saat ini, kaki
ini terus melangkah meninggalkan bekas pada tiap jejak berharap semua rasa ini
bisa terhanyut. Setiap sudut kota selalu kucecapi dengan begitu cermat. Maklum,
namanya seorang yang selalu bersahabat dengan lensa. Setiap momen pasti akan
diabadikan. Ini tentunya, agar setiap langkah ini tidak terasa hambar.
Tanpa
sengaja mata ini terusik oleh satu pandangan optik ini. “Ah, biar saja,” pinta
hati ini untuk terus mengambil langkah. Namun, entah mengapa hati tak tegah
untuk mengangkatkan kaki mengabaikan pandangan ini, menyangkal diri tanpa
sedikit pun mau berbelok arah. Dengan segala keterpaksaan aku mencoba mendekati
objek yang telah mengusik hati ini. Senyum manis, sebagai bentuk sapaan awal
aku ekspresikan padanya. Sapaan manis tersiar dari mulutku, “selamat pagi”.
Kerahmatamahan adalah hal yang tak asing lagi bagiku. Sapa-menyapa menjadi
darah dagingku. Karena sedari kecil aku telah terbiasa dengan salam sapa
seperti ini sebagai manusia yang berbudaya, kata orang tuaku dulu. Ternyata yang
ada di pojok jalanan itu dan kuberi sapa adalah seorang kakek yang sedang
menikmati kesendiriannya. Aku tak tahu apa yang hendak ia lakukan di situ, tapi
yang pasti ia sedang duduk manis, menatap setiap orang yang berjalan
dihadapannya. Dalam benakku ini pasti seorang pengemis yang lagi menanti
sodoran tangan untuk menyambung hidup. Tanpa diperintah tangan ini pun bergerak
ke dalam saku celana untuk mengambil dompet. Berharap bahwa pagi ini aku tak
sia-siakan waktu untuk memberi sesuatu yang tak biasa aku lakukan.
Belum
menjawab sapaanku tadi, kakek tersebut hanya memandangiku tanpa berkedip. Sekilas
kakek itu tersenyum kebingungan, lalu membalas sapaanku. “Hai, anak muda, selamat pagi?” tanpa basa basi ku ambilkankan selembar uang
untuk diberikan kepada kakek tersebut. Lucunya, kakek itu hanya membalas dengan tersenyum. Kakek itu dengan tawaan kecil
menjawab aku. “Nak,
terima kasih ya sudah mau memberi simpati kepada orangtua seperti aku ini. Manusia
jompo ini pikir sudah tidak ada lagi orang yang mau mengulurkan tangannya untuk
sesama. Sekali lagi kakek ucapkan terima kasih ya.” Namun entah mengapa kakek
itu pun menyodorkan tangannya kembali kepadaku untuk di kembalikan uang yang
sudah kuberikan tadi. Dengan energi yang baru kakek itu berdiri, seolah-olah ia
baru diberi roh sehingga membuatnya begitu lebar memberikan senyuman kepadaku.
Dengan kepala yang tegak kakek itu kembali mengutarakan pembicaraannya tadi.
“Sekali lagi kakek ucapkan terimakasih ya”. Dalam benak ini, aku tak habis
pikir kok dari tadi kata terima kasih ini selalu saja diucapkannya. Aku mulai
bingung dengan sikap kakek ini. Sekejap saja aku serasa terpojok dengan
kata-katanya lagi. “Maaf ya nak, sebenarnya apa yang kamu lihat saat ini, itu
berbeda dengan apa yang kamu pikirkan. Kakek duduk di sini seorang diri bukan
menunggu tumpangan tangan dari orang-orang seperti orang yang kamu pikirkan,”
pinta kakek singkat.
Rasanya
inilah yang dinamakan spasi ruang misteri. Yang mana, di sana hanya tersisa
garis-garis samar yang tak dapat dipahami apa arti dibalik setiap garis
melintang di dalam ruang tersebut. Semuanya hanya bisa diketahui melalui kata
yang tak dibahasakan, diam dan biarkan ia menampakkan keberadaannya. Aku mulai
berpikir lebih cepat lagi sebenarnya ada apa dibalik semua kata-kata yang
disampaikan kakek tadi. “Tetapi sebenarnya kakek di sini hanya ingin melihat
wajah-wajah yang terlintas di depan kakek. Nak, kakek hanya ingin melihat
wajah-wajah yang selalu memberikan senyuman, di saat keletihan hadir menemani
malam. Wajah mereka yang berada diluar ketidakpedulian dari sesama. Mereka yang selalu menyapa dengan optimisme
meskipun tulang mereka tak sekuat wajah yang ditampilkan. Kakek, hanya butuh sapaan saja, itu sudah
cukup berarti. Apalagi di sapa dengan senyuman mereka yang tak mengenal waktu
dan ruang demi menghirup udara di kala embun pagi mencair dari kebekuannya
ditemani sinar sang mentari,” kata kakek yang sedetik saja telah hilang di
bawah waktu dan aku pun hanya mengangguk tanpa ada satu kata yang keluar.
Kekaguman adalah cara yang tepat untuk mengungkapkan yang dirasakan dan dialami
dengan sedetik yang telah berlalu.
Apakah benar, kesalahan awal yang telah aku lakukan adalah membalik arah untuk berada dihadapan sesosok kata yang menggugah nurani untuk keluar dari ke-aku-an. Dengan sekejap, aku langsung terperangkap dijerat adanya dia yang tak kukenal. Diam membisu adalah bahasa yang bisa kuwakili ada dihadapannya saat ini. Adanya dia yang hadir dalam segumpal kata menjadi sosok yang menggetarkan raga ini. Kini, aku benar-benar tak mampu untuk mengelak dan mengangkat kaki ini dari keberadaannya. Adanya seolah-olah membuat semuanya ini telah menjadi bagian dari hidupku yang terus saja hadir menggerogoti diri ini untuk terpaku hanya demi mendengar setiap baris kata yang mengiris hati. Adannya dia tercermin dari huruf demi huruf yang membentuk kata menjadikanku optik dalam bayang-bayang frame-nya. Aku serasa terlempar jauh dari sosok adanya aku menuju adanya dia yang telah memanggil aku dengan penampakan wajahnya di persimpangan jalan. Adanya dia dalam lingkaran kisah hidupku di pagi ini, merubuhkan tembok keegoan ini hingga yang tersisa hanyalah kata ya untuk selalu siap menjadi jembatan bagi wajah yang lain. Raga yang berbalut daging dirobek hingga menjadi raga yang ditinggali Roh. Berjumpa dengannya memberanikanku meretas bata-batas tapal ketidakberdayaanku. Keberadaannya tidak memiliki batas selain tanpa batas dalam adanya dia. Izinkan aku berada selalu di dalam bayang-bayangmu. Sebab, hadirmu di balik cahaya pagi, aku bukan lagi aku melainkan kita.
Penulis : Yakobus Lukivantura
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
ReplyDeletehanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^