Dalam setiap sentuhan hati yang selalu
menangis di sela layar handphone dan layar televisi, melihat situasi yang
melanda dunia ini. Penyebaran virus covid-19 ini menjadi sebuah konten trending
di dunia maya bahkan dirasakan di dunia nyata.
Peredaran
ini pun tak cukup jika hanya siap siaga dalam melihat kondisi dan situasi ini, tetapi
kita di tuntut oleh sebuah rasa ragu untuk bersosialisasi dengan semua orang, kita
juga dihantui oleh banyaknya orang yang terpapar di negeri ini dan banyak pula
yang sampai meninggal dunia akibat terpapar virus covid-19.
Bukti
bahwa covid-19 ini menjadi trending
dunia adalah adanya pembahasan
yang sering terjadi yang membuat semua manusia ingin mengetahui sejauh mana virus
ini sangat mematikan bagi seluruh umat di dunia.
Dalam
hati kita semua pasti saja banyak kata rindu untuk kembali ke fase dimana kita
saling bertatap mata kala kita saling bercerita, saling jabat tangan saat kita
saling bertemu dan berpelukan kasih sayang bagi sanak saudara kita kala berjumpa.
Namun
Itu semua hanya sebatas angan dan kata penghibur untuk kita renungkan di setiap
saat dan juga sebatas cerita kita disaat mengupdate kalimat ‘Rindu dalam akhir
dari virus covid-19 ini’.
Praktek
yang dilakukan sekarang adalah jauh dari
apa yang dirasakan sebelum covid-19 ini dimana segala sesuatu serba diatur oleh
sebuah kebijakan. Aturan pun berlaku entah sampai kapan sejauh rindu untuk
kembali seperti semula. hmmm itu sebuah kata yang kita tidak bisa pastikan
kapan ini berlalu dan berahir.
Apakah
manisya kata rindu ini tetap selalu menggema di media social.? Saya rasa itu
tidak akan selesai jika hanya mengeluh, kata rindu untuk kembali normal tidak
akan mudah jika tanpa ada niat dan hanya di rumah saja atau harus dengan social
distancing, itu tidak bisa berlaku.
Kita
sebenarnya tidak boleh menunggu kata berahir tetapi kitalah yang memutuskan
berahir dan tidaknya, apalagi dalam kondisi yang sudah sangat akrab di setiap
saat ketika orang-orang berbicara tentang covid-19 ini.
Paradigma
berpikir yang diambil adalah sebab kita tidak akan selamanya terkungkung dalam
pola pikir yang di rasakan oleh sebuah situasi yang mendorong kita kepada
sebuah ketiadaan untuk bisa keluar dari zona yang sedang tidak baik-baik saja.
Sebenarnya
kita berada di dalam sebuah keadaan yang ada dan berpacu untuk menciptakan
dunia baru dengan tatanan yang baru tanpa harus melepaskan keberadaan kita
sebagai manusia beretika yang mampu memberikan sebuah rasa ingin keluar dari
kungkungan ini.
Bumi
dalam hal ini pun memang berdampak sangat signifikan dirasakan karena di awan
sana mata kita tidak ada lagi melihat awan yang hitam pekat seakan mau turun
hujan dan pekatnya polusi yang memberi dampak kurang baik bagi manusia. namun diatas
awan sekarang sudah terlihat begitu sejuk dan ada saja momen ketika awan bisa memberikan
warna tersendiri bagi mata kita supaya dimanjakan dengan awan yang sudah bersih
dari polusi.
Tetapi
dalam konteks ini menghirup pun kita dapat dengan leluasa karena kita tau
sesuatu yang indah masuk kedalam tubuh kita itu adalah sesuatu yang yang baik
dan dapat meningkat kekuatan tubuh kita salah satunya.
Dari
sekian itu pula tanda yang selalu menggugah hati kita adalah dalam hal ini
menjadi pesimis terhadap virus yang sekian bulan ini kita dibuatnya menjadi
takut dan menjadikan kita tersandran dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Hal
ini yang menjadikan kita harus mencari situasi yang pas dan situasi yang cocok
untuk kita bisa mengekspresikan diri kita kepada semua hal yang di senangi dan
bisa di hasilkan untuk dapat bertahan dalam kondisi sekarang ini.
Sering kita dengar dan bahkan sering juga kita
melihat video dan tulisan orang dengan kalimat, “Cepat Sembuh Bumiku”. Dalam
kalimat ini mempunyai arti yang sangat dalam untuk di pikirkan dan kalimat
refleksi yang sangat menusuk bagi kondisi sekarang ini. Dimana juga kondisi
kita saat ini dalam ekonomi yang tidak lagi stabil dan merosotnya ketidak
berdayaan kita dalam memikirkan apalagi yang harus di buat dan menguntungkan di
tengah kondisi wabah covid-19.
Kata
rindu itu pun muncul pada saat kita menemukan kebuntuan kita sebagai manusia
untuk berpikir terkait apa saja yang selalu kita rasakan, ini juga yang di
keluarkan dari mulut kita yaitu kapan bencana ini akan berahir.
Jadi semua itu sebenarnya adalah ungkapan rasa ketidakberdayaan kita dengan waktu yang terbatas oleh adanya aturan, dan yang kita buat pun itu adalah seolah-olah hanya di buat supaya kita tetap pada posisi kita sebagai orang yang kuat di tengah wabah ini…
Penulis : Yakobus Lukivantura
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
ReplyDeletehanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^