Mengintrnalisasi
gerakan supaya tetap dapat berjalan beriringan dengan keinginan awal. Tanpa
harus memunculkan kata kembali ke akar, melainkan melanjutkan perbaikan
Sebelum
memasuki tahun yang baru mengingatkan pertama kali ketika masuk kedalam
perhimpunan tercinta (PMKRI) mendengar kata yang luar biasa baru didengar pada
waktu itu, yaitu Bhayangkara Gereja. Kata pertama ketika menyanyikan hymen PMKRI
(Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia). kata bhayangkara tentunya
tidak asing di telinga rekan-rekan karena beberapa instansi Menggunakan kata
tersebut seperti dalam kepolisian di jadikan pangkat golongan tamtama dibawah
bintara. Menarik untuk digali apa nilai yang dapat di jadikan teladan dari
pemaknaan kata tersebut dan bagaimana keterkaitannya dengan konteks PMKRI. Dalam
tulisan ini hanya berbagi pendapat tentang hubungan pemaknaan kata bayangkara
dalam lagu hymen PMKRI berdasarkan hasil diskusi bersama teman-teman di PMKRI
di Cabang Palangka Raya.
Bhanyangkara
muncul pertama kali pada zaman Kerajaan Majapahit dimana patih Gajah Mada
membentuk pasukan pengamanan yang bertugas melindungi raja dan kerjaan. Selain
itu Bhayangkara juga mengemban tugas menjaga ketentraman, ketertiban, menegakan peraturan
perundangan serta pengawasan perdagangan disebabkan waktu Raja Jayanegara
memimpin kerajaan Majapahit terjadi pemberontakan dimana-mana. Sehingga dikenal
Bhanyangkara adalah pasukan elit pada zaman kerajaan majapahit, karena memiliki
anggota dangan kemapuan tinggi dalam hal membidik sasaran diungkap dalam Buku
Gajah Mada : Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara.
Perhimpunan
Mahasiswa Katolik Republik Indonesia atau disingkat PMKRI adalah organisasi
yang seluruh orientasi dan kegiatannya berasaskan Pancasila, dijiwai
Kekhatolikan, disemangati oleh Kemahasiswaan. Sehingga jelas organisasi ini di
motori oleh mahasiswa secara khusus di jadikan wadah pembinaan, perjuangan dan
pengkaderan sejalan dengan apa yang menjadi visi dan misi organisasi. Didalam
PMKRI terdapat SPIRITUALITAS PEMBINAAN KADER yang disebut dengan istilah yang
menarik dan melekat ketika menjadi anggotanya yaitu TIGA BENANG MERAH, yang
meliputi KRISTIANITAS, FRATERNITAS, dan INTELEKTUALITAS.
Baru
saya menyadari ternyata Tiga Benang Merah yang digaung-gaungkan oleh PMKRI saat
ini adalah memiliki pemaknaan yang melekat dan berhubungan erat dengan apa yang
dilakukan Bhayangkara di zaman pemerintahan kerajaan Majapahit. Kristianitas merupakan
keberpihakan kepada kaum tertindas (preferential option for the poor) dengan
Yesus sebagai teladan gerakan, yang perlu di garis bawahi dalam hal ini
adalah keberpihakan kepada kaum tertindas. Dalam hal ini Bhayangkara bersama
gajah mada berhasil menghantarkan kerjaan majapahit kepada puncak kejayaannya,
tentunya tidak lepas dari kesetiaan dan kedisiplinan pada pemerintah dalam
menjalankan tugas, sehingga pasukan bhayangkara memberikan kepercayaan yang
sangat kuat di hati masyarakat sebagai pelindung rakyat. Hal tersebut dapat
dilihat ketika memukul balik pembrontakan yang dilakukan RA kuti dan mendudukan
kembali Raja Jaya Negara. Jadi bentuk keberpihakan Bayangkara adalah
mempertahan pemerintahan dari pemberontak, karena apabila takhta raja direbut
maka rakyat akan ditindas oleh sistem yang dipemimpin orang yang tidak
bertanggung jawab.
Yesus
sebagai teladan gerakan yang kita pahami dan laksaanakan saat ini dalam
perhimpunan, juga sudah dilaksanakan oleh pasukan bhayangkara pada masa itu
dengan istilah yang mereka pahami saat ini Satya Haprabu (Setia kepada negara
dan raja), karena raja dipercaya pada waktu itu merupakan penjelmaan tuhan di
dunia. Dengan demikian gerakan yang dilakukan pasukan bhayangkara berdasarkan
perintah atau yang dikatakan oleh raja karena setia dan patuh kepada raja
berarti setia dan patuh kepada tuhan.
FRATERNITAS
atau pengharagaan yang sama kepada sesama umat manusia sebagai wujud
persaudaraan sejati dalam solidaritas kemanusiaan yang menembus sekat-sekat
primordial. Secara umum Fraternitas adalah Persaudaraan. Ketika dikaitkan
dengan kontek bhanyangkara pada jaman kerjaan majapahit sangat kuat dapat
dilihat dalam satu peristiwa ketika pemberontakan yang paling berbahaya
dilakukan RA Kuti, dimana memiliki misi ingin menumpas kepemimpinan Jayanegara
yang saat itu menjadi raja majapahit. Di sinilah fraternitas (persaudaraan)
pasukan bhayangkara dapat dilihat ketika mengunsikan raja jaya negara ke desa
Bedander dan pasukan bhayangkara tidak boleh keluar, karena Ra Kuti menggelar
sayembara bagi yang menunjukan tempat raja Jayanegara akan diberikan hadiah 1
Pundi-pundi uang emas. Dari persitiwa tersebut persaudaraan antara mereka
sangat kuat dan ketaatan mereka terhadap aturan sangat di tegakkan.
INTELEKTUALITAS
Penguasaan ilmu pengetahuan harus diabdikan bagi kesejahteraan umat manusia
(visi etis). Masalah intelektualitas pasukan Bhayangkara jangan ditanyakan
lagi, karna tidak mungkin mereka mampu menaklukan kerajaan-kerajaan bahkan berusaha
menundukan negeri-negeri seberang yang diluar kerajaan majapahit apabila secara
pengetahuan (intelektual) mereka kurang. Hal yang menarik dikutip dalam buku
Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan karya Enung Nurhayati menjelaskan
strategi diluar pemahaman kita, waktu menundukan bali pasukan bhayangkara
menerapkan berbagai strategi dan kecerdikan untuk mengalahkan musuhnya, yaitu
dengan cara berpura-pura mengibarkan
bendera putih pertanda mereka menyerah, sehingga membuat musuh gembira,
Kemudian pasukan diperintahkan menghadap. ketika menghadap ki pasung grigis
(selaku pimpinan yang mempertahankan pulau bali) pasukan bhayangkara dan gajah
mada menerapkan ajaran dharma, yaitu perkara menepati janji. Ki pasung grigis
di kalahkan dengan dipojokkan atas ingkar janji, yaitu sewaktu ki pasung grigis
mengambil anjing dia berjanji memberi makan tetapi pada kenyaataannya tidak di
beri makan. Karna dalam pandangan ksatrya ingkar janji adalah perbuatan
rendah.Karena dia sangat mempercayai ajaran dharma ksatrya dia takluk kepada
gajah mada, dan tentara majapahit menang dalam pertempuran. Sampai disini
sungguh luar biasa pemikiran dan taktik yang dilakukan pasukan bhayangkara.
Sehingga sampai titik ini saya mulai memahami sedikit apa yang menjadi keinginan pendiri PMKRI waktu itu, kenapa PMKRI hadir didalam gereja katolik dan di tengah Negara Kesatuan Republik Indonesia ketika dikaitkan dengan beberapa peristiawa diatas. Sehingga kehadiran PMKRI yang dalam hal ini menjadi bhayangkaranya gereja dituntut memegang teguh nilai kebhayangkaraan yang meliputi Satya Haprabu (Setia Kepada pimpinan), Hanyaken Musuh (Mengenyahkan Musuh), Gineung Pratidina (Bertekad mempertahankan), dan Tan Satrisna (Iklhas dalam bertugas). Apabila dikaitkan dalam kontek gereja maka Anggota PMKRI harus setia kepada pimpinan gereja seperti (Paus, Uskup, pastor, suster, dll), mengenyahkan/mengusir musuh dalam hal ini PMKRI herus membuang sikap membanding-bandingkan (intoleransi) yang dapat menyebabkan retaknya persatuan didalam keberagaman, dan PMKRI harus memiliki sikap mempertahankan persatuan, harmonisasi antar sesama serta iklas dalam menjalankan panggilan karena manjadi anggota PMKRI adalah panggilan bukan keterpaksaan maupun mengincar sesuatu, apakah itu semua sudah kita laksanakan ?
Maka
ditahun yang baru ini mari kita bersama merefleksikan kembali apakah gerkan
PMKRI saat ini sudah sejalan dengan mimpi awal PMKRI hadir atau belum, karena
banyak istilah-istilah yang kurang dipahami anggota-anggota saat ini termasuk
saya pun menyadari hal tersebut, yang menyebabkan kita mulai tergerus dan
meninggalkan jadi diri kita, padahal Amuk laut mahadasyat pun tidak mampu
merobohkan apabila nilai-nilainya memang tersampaikan dan diresapi dalam pemikiran
dan perasaan. sehingga rekan-rekan juang ku semua mari kita saling meningatkan,
mengintrnalisasi gerakan supaya tetap dapat berjalan beriringan dengan
keinginan awal. Tanpa harus memunculkan kata KEMBALI KE AKAR, melainkan
melanjutkan perbaikan, sebab subtantum equilibrium (keseimbangan) dapat
terwujud dalam gerakan PMKRI apabila 4 nilai meliputi nilai pembeda, nilai
lebih, nilai pengikat, dan nilai penguji dalam tataran kompetisi dengan
mahasiswa lain yang non PMKRI. Selamat berjuang ingat kita yang menggunakan
baret merah Bol kuning adalah pasukan elitnya gereja.
Pro Ecclesia et Patria !
Penulis
: Obi Seprianto
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
ReplyDeletehanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^