Pada perkembangan teknologi yang
diciptakan oleh manusia telah memungkinkan eksploitasi sumber daya alam yang
lebih. Meskipun ada kemajuan, nasib peradaban manusia masih berhubungan erat
dengan perubahan lingkungan. Ada umpan balik yang sangat kompleks antara
penggunaan teknologi dan perubahan pada lingkungan yang hanya bisa dipahami
secara perlahan. Contoh ancaman terhadap alam yang dibuat oleh manusia adalah
polusi, deforestasi, dan bencana yang diakibatkan oleh kekeringan dan banjir.
Manusia telah memberi kontribusi pada kepunahan banyak tanaman dan hewan.
Pasal
1 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
mendefinisikan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang
memengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan kehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dipahami bahwa
lingkungan hidup memiliki makna yang sangat luas karena menyangkut keseluruhan
interaksi kehidupan alam semesta, yaitu antara manusia dengan manusia yang
mempunyai dampak pada alam, serta antara manusia dengan makhluk hidup lain yang
ada di planet Bumi atau dengan alam secara keseluruhan.
Adapun permasalahan krisis ekologi jelas
sangat berbeda dengan permasalahan non-ekologis, krisis ekologi tidak dapat
diabaikan begitu saja. Kepasifan dan keaktifan manusia dalam merespon
permasalahan ini akan menentukan jalan cerita ekosistem lingkungan hidup dan
planet bumi dimasa mendatang. Pada 1960-an, Lynn White, Jr. berpendapat
dalam papernya yang mengundang perdebatan hingga kini yang dipublikasikan pada
jurnal Science, yaitu The Historical Roots of Our Ecological Crisis,
bahwa krisis ekologis akibat dari eksploisitas sains dan teknologi berakar pada
pandangan antroposentris tradisi Yudeo-Kristiani yang menganggap bahwa manusia
dan alam adalah dua hal yang berbeda. Posisi yang berbeda ini meletakkan
manusia lebih tinggi dari alam dan oleh karenanya manusia berhak menguasai alam
tersebut.
Untuk itu, diperlukan langkah konkret
dalam mencegah dan mengatasi krisis lingkungan. Salah satunya dengan melakukan
penyatuan modernisasi ekologi dan ekologi politik. Kolaborasi disusun untuk
meningkatkan daya dukung alam dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi pada
awalnya memang dipergunakan untuk mempermudah hidup manusia. Teknologi menjadi
kepanjangan tangan manusia dalam menaklukan alam, mengubah lingkungan menjadi
nikmat untuk ditinggali, berpergian tidak lagi sulit seperti dulu. Begitu pula
dengan komunikasi yang berlangsung dengan sekejap mata. Namun di lain pihak
manusia juga semakin bergantung pada teknologi.
Faktor utama terjadinya kerusakan ekologi
diakibatkan pemakaian besar-besaran produk-produk teknologi moderen. Namun
penggunaan teknologi juga sangatlah tergantung pada niat manusia itu sendiri,
sebab di samping sangat menguntungkan dan mempermudah kegiatan, teknologi juga
dapat mengakibatkan malapetaka bagi manusia dan lingkungan bila digunakan untuk
maksud yang tidak tepat.
Serta faktor yang terpenting dalam
permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia. Dengan tingkat
pertambahan penduduk yang tinggi, kebutuhan akan bahan pangan, bahan bakar,
pemukiman dan kebutuhan dasar yang lainnya juga meningkat. Pada gilirannnya
juga akan meningkat limbah dosmetik dan limbah industri sehingga mengakibatkan
perubahan besar pada kualitas lingkungan hidup. Permasalahan ini diperparah
dengan ketergantungan manusia terhadap penggunaan energi dan bahan baku yang
tidak dapat diperbaharui. Kondisi ini terutama terjadi di negara yang sedang
berkembang di mana tingkat ekonomi dan penguasaan teknologinya masih rendah.
Dengan demikian, baik karena masalah lingkungan yang global maupun karena
keterkaitannya dengan ekonomi dunia yang telah mengalami globalisasi.
Saat ini telah terjadi krisis ekologis
global akibat dari berlangsungnya kapitalisme global dimana menunjukkan
pertumbuhan ekonomi dan industri ekstraktif yang merusak alam. Berbagai
keserakahan pola konsumsi manusia dan terjadinya bencana akibat perbuatan manusia.
Semua menimbulkan tekanan terhadap daya dukung dan daya lenting bumi. Akibatnya
ternjadinya cuaca ekstrem, bencana alam, penyusutan pohon, hutan, air,
peningkatan ozon dan emisi karbon, pandemi–penyakit zoonosis hingga kerusakan
habitat dan kepunahan spesies.
Berdasarkan pembahasan disimpulkan bahwa
dampak krisis ekologis terhadap ekonomi dapat diartikan dengan tingkat
pertambahan penduduk yang tinggi, kebutuhan akan bahan pangan, bahan bakar,
pemukiman dan kebutuhan dasar yang lainnya juga meningkat. Dan juga dampak dari
permasalahan ekologi ini adalah banyaknya terjadi kerusakan alam baik di
daratan, di lautan maupun di udara.
Seperti kerusakan lingkungan yang terjadi
di daratan, seperti kebanjiran yang terus melanda kota-kota besar di Indonesia.
Hujan yang berangsung cukup lama juga dapat disebut sebagai penyebab terjadinya
banjir dikarenakan tanah tidak mampu menyerap air dengan baik, hal ini
disebabkan oleh sedikitnya lahan hijau seperti pepohonan yang berguna untuk
menyerap air. Sehingga air yang mengalir langsung masuk kesalurannya, seperti
keselokan, sungai dan danau. Air yang cukup deras dan tidak tertampung lagi
oleh saluran tersebut akan menggenang dan mengakibatkan banjir.Namun hujan
tidak bisa menyebabkan banjir jika tidak ada faktor penunjang. Seperti tanah
yang tidak bisa menyerap air dengan baik, disebabkan oleh manuisa itu sendiri,
dengan menebang pepohonan yang berguna untuk menyerap air, sehingga air yang
mengalir tidak bisa diserap dengan baik dan faktor tersebut sangat berperan
dalam memperparah banjir.
Dan pada kerusakan lingkungan yang terjadi
di laut. Yakni kerusakan ekosistem laut yang terjadi hampir di seluruh wilayah
pesisir. Hal ini disebabkan karena masih kurangnya kesadaran masyarakat tentang
menjaga lingkungan. Manusia harus menyadari dan wajib melindungi keberadaan
ekosistem laut sebagai penopang hidup manusia. Faktor-faktor penyebab kerusakan
laut seperti, penambangan pasir yang dilakukan oleh manusia dan pembuangan
berbagai macam limbah yang dibuang ke laut, berbagai macam limbah dosmetik dan
pengelolahan.
Dan juga yang terjadi di udara, yakni pemanasan global. Pemanasan global yang disebabkan oleh efek rumah kaca yang menyebabkan suhu di bumi panas. Cahaya matahari penting bagi kehidupan di bumi, tetapi dengan peningkatan gas di atmosfir bumi, panas yang tertangkap juga bertambah banyak. Semakin banyak energi panas yang tertangkap, maka temperaturnya semakin tinggi. Selain itu juga dengan membakar bahan bakar dan mencegah sebagian cahaya matahari lolos hal tersebut akan menyebabkan pemanasan global.
Penulis, David Satrio
0 comments: