Sharing pelayanan pastoral umat di Paroki St Vinsensius a Paulo – Batulicin, sebagai salah satu umat yang tinggal di pemukiman perusahaan perkebunan salah satu unit usaha di Jhonlin Group, Kalimantan Selatan, Keuskupan Banjarmasin.
Kami umat katolik di Kalsel adalah warga
minoritas. Salah satu reksa pastoral yg khas di Keuskupan Banjarmasin adalah
Misi Meratus dengan suatu pemikiran agar iman katolik yang tumbuh di wilayah
ini mengakar dalam budaya setempat. Kenapa harus Misi Meratus? Penduduk
mayoritas di Kalsel adalah etnik Banjar. Meratus itu adalah wilayah pegunungan
yg dihuni masyarakat etnik Dayak. Mereka relative terbuka, welcome, bersahabat.
Untuk mewujudkan karya nyata Misi Meratus itu dilakukan berbagai aksi social,
rumah pertemuan, pendampingan budidaya pertanian, pemupukan organic,
kesehatan/pengobatan, dll.
Di sisi yg lain bahwa mayoritas umat
katolik di Keuskupan Banjarmasin ini adalah umat diaspora dari berbagai daerah
terutama NTT, Sumatera maupun Jawa. Umat ini tersebar di berbagai perkebunan
karet/sawit. Dalam sejarah Paroki, paroki awalnya adalah Paroki Kota Baru yg
meliputi wilayah Kabupaten Kota Baru dan Tanah Bumbu. Selanjutnya terjadi
Pemekaran untuk Kabupaten Tanah Bumbu menjadi Paroki St Vinsensius a Paulo di
Batulicin. Kemudian pemekaran lagi atas Paroki Batulicin yaitu Paroki Sungai
Danau, Paroki Sebamban Raya, Paroki St
Fransiskus Asisi – Gendang; dan aka nada Paroki baru daerah Mandam/Napu.
Di paroki Batulicin ada 2 orang Pastor
dari ordo CM dan 3 orang Romo Projo di wilayah Mandam. Umat yg tersebar di
berbagai perkebunan butuh pelayanan iman yg memadai. Untuk memenuhi kebutuhan
reksa pastoral di berbagai Stasi/Komunitas diangkatlah para pelayan imam atau
disebut sebagai Prodiakon yg bertugas memimpin ibadat Sabda dan Pembagian
Komuni ke Stasi-Stasi Kebun. Prodiakon diusulkan oleh umat, dan diangkat
melalui SK dari Uskup dan dilantik. Wilayah pelayanan Prodiakon hanya dalam paroki
bersangkutan. Jadwal pelayanan di kebun diatur sedemikian rupa sehingga dalam 1
bulan umat bisa dikunjungi Pastor minimal 1 kali, sisanya dilayani oleh
Prodiakon.
Wilayah pemukiman perkebunan kami ada
satu prodiakon yang melayani yaitu Bapak Evensius (manager FA Jhonlin), wilayah
pelayanan yg terjauh di Kebun Karet PT Inni Joa (Jhonlin Group) sekitar 60 Km
dari Batulicin. Untuk menjangkau basecamp mereka harus melewati jalan tanah yg
rusak parah karena jalan tersebut adalah jalur pengangkutan kayu dengan
kapasitas muatan yg berat. Sampailah saya di tengah titik jalan berpapasan
dengan truk angkut kayu dan tambang ilegal, di mana kiri-kanan jalannya sudah
tidak bisa saling menghindar lagi karena jurang. Dalam proses itu saya sering
mendampingi prodiakon kami yang mana beliau biasa memangku tas berisi sibori
berisi Sakramen Maha Kudus. Kami masih ingat, saat pelayanan hari Raya Minggu Palma, ada sopir truk
bermuatan kayu yang menyerempet unit kendaraan yang kami parkir di sisi jalan, supir
yang menyerempet hanya supir harian dengan upahan UMR dan hanya bisa meminta
maaf atas kerusakan kaca spion dan dinding cabin kendaraan kami Yah….mau gimana
lagi, ketika saya merefleksikannya mungkin ini adalah cara Tuhan mendewasakan
saya untuk tidak marah-marah, tidak reaktif terutama ikhlas. Di lokasi ibadat
umat sudah berkumpul, dan tidak ada yg bisa menyanyi dengan konteks thematic
(lagu-lagu ibadat berkaitan dengan Minggu Palma), mazmur juga demikian. Ibadat
dengan penyambutan Komuni Kudus tetap berjalan dengan hikmad dalam segala
keterbatasan yang ada. Dalam satu moment saya sangat terharu menyaksikan
anak-anak disana yag membutuhkan pengajaran agama katolik, tapi tidak
tersedianya tenaga pastoral untuk itu.
Untuk pelayanan lain jarak tempuhnya
relative dekat yaitu sekitar 1 jam dari pusat paroki. Kami semua suka cita
melaksanakan tugas pelayanan ini. Untuk pelayanan yang jarak tempuhnya seperti
ini kami menyetir sendiri dalam gelapnya malam, karena umat baru bisa kumpul pada
malam hari. Tas kecil berisi pixcis untuk menyimpan sakramen Maha Kudus selalu
melingkar di leher kami. Dalam kesendirian seperti ini justru menjadi suatu
arena doa yang paling sempurna. Saya berusaha menyetel lagu-lagu rohani sambil
melakukan “dialog” dengan Sang Kristus yang saya “gendong” dalam tas kecil ini
kata Bapak Evensius prodiakon kami. Bacaan Injil yang akan disampaikan dalam
ibadat tsb menjadi bahan “diskusi spiritual” bersama Yesus sepanjang jalan.
Saya ingat persis bahwa saat itu didera sakit berkepanjangan : hypertensi
bahkan dokter menyebut sebagai Hypertensi Akud. Dalam perjalanan tersebut saya
“mendialogkan” sakit berkepanjangan saya (darah tinggi) tsb dengan Yesus. Saat
memimpin ibadat kami melengkapi diri dengan pakaian liturgi berupa alba, Samir
dan tali pengikat alba. Semua kelelahan perjalanan itu hilang saat bertemu umat
dalam ibadat tersebut. Dari sekian banyak umat yg hadir sedikit saja yg
menerima Komuni karena banya yg belum Komuni Pertama dan adanya halangan
pernikahan. Apapun kondisi mereka, mereka adalah Umat Kristus. Sehabis membagi
Komuni, giliran anak-anak yg maju meminta berkat di dahi mereka. Sangat terharu
menyaksikan ini seraya mengingat sabda Yesus : Biarlah anak-anak datang
kepada-Ku…..tetapi tidak ada pelayanan khusu buat anak-anak untuk pengajaran
tentang iman.
Di Komunitas yg dekat dengan Paroki
kadang ada ibadat sabda biasa tanpa Komuni dan kami tetap memakai pakaian
liturgy. Banyak anak kecil yang hadir dalam ibadat tersebut. Mereka sering
memanggil kami Romo atau Pastor. Bagi mereka, pakaian liturgi alba (menyerupai
jubah) yg kami pakai menempatkan kami prodiakon ini sebagai Romo atau Pastor.
Saat hari Minggu atau hari lain kami bertemu anak-anak ini di gereja. Karena
sepanjang misa ini kami duduk bersama umat lain dan tanpa mengenakan alba, dan
anak-anak ini melihat kami berpakaian seperti ayah mereka. Akhirnya sehabis
misa kami bersendagurau dengan orang tua mereka depan gereja, saling
bersalaman……di sinilah terjadi “bencana sebutan”. Anak-anak ini dengan lugas
menyebut, “Eh…..ternyata Om ini Romo
Tipu-Tipu.” Maksud mereka adalah Romo bohongan……
Demikianlah sharing pelayanan kami di paroki yg memang membutuhkan banyak panggilan untuk menjadi imam agar bisa melayani umat yg tersebar di kebun-kebun. Kami senang, kami suka cita cita menjadi pewarta dan kami merasa diberkati dalam perutusan ini.
Batulicin, 23 Januari 2022.
Adam Silvanus
Sekjen PMKRI Cabang Palangka Raya Periode 2002-2004
0 comments: