Sore itu aku mampir di Rumah juang yang begitu sunyi dan asri dikalah senja mulai nampak dan hilang untuk memulai hari yang baru, laki-laki bermotor supra seperti ku sering sekali menjadi bahan gurauan, aku terlalu buruk kalo dimata orang yang suka dingin, haha apapappun yang mereka pikirkan tapi keyakinan yang paling besar didalam hati ku adalah jiwa ini yang memberontak ingin diperbaruhi.
Dalam moment itu tak sengaja pandanganku terhenti akan sosok gadis cantik kalo dalam Bahasa manggarai (enu molas) dan aku berteduh dibawah pohon tomat eh pohon rambutan dan rasa ingin mengajak nya bercanda terlalu besar tetapi aku menyadari tentang aku yang pernah bisa membaca bahwa seseorang itu akan jatuh cinta dalam sepuluh detik tapi itu hanya cerita belaka aku sudah jatuh cinta dalam empat detik, aku selalu mencari alasan terbaik mengapa rasa ini terjebak didepan bisa? Sedikit merasa aneh dengan diri namun sedikit suka walau tidak mengenalnya secara langsung, fenomena yang terjadi adalah enu molas itu satu tempat pendidikan.
Tapi aku sempat berfikir ah sudahalah, kisah kasih itu berakhir “setelah perjumpaan itu aku tak pernah lagi melihatnya, walaupun banyak sedikit dia dalam khayalanku, rasa itu pasti pudar ituhlah yang aku percaya.
Hari hari pun hilang seperti ditelan oleh angin yang mebawa kabar senja yang pergi dan kembali. Secara alamiah saja dia adalah sala satu sosok baru yang berperan di tempat itu “Matahari telah kembali keperaduanya menebarkan rona keemasan dilangit senja. Menyebarkan cahayanya keseluru penjuru negri nan damai, waktu dimana aku harus berproses ditempat ini tempat yang menyimpan banyak cerita”.
Penulis, Patrisius Agang
0 comments: