Dari setiap kata-kata yang sering terucap bagaikan motivasi yang selalu ada di setiap kali perasaan itu ada. Semua hal akan menjadikan sebuah capaian yang enggan di nikmati lagi oleh kalimat-kalimat yang tak sempat di ucapkan lagi.Di seberang jalan tempat Nadia dan Stev duduk,ada lampu jalan yang menjadi saksi bisu untuk bisa menerangi sepasang anak muda yang lagi bucin asmara. Adegan dan drama yang Nia dan Stev lakukan pun lamp taman itu sampai merekam sekan mau menceritakan kepada gelap bahwa dia telah telah berhasil memberikan cahaya yang makna untuk sepasang kekasih dan bukan Cuma pengguna jalan raya yang dia sinari. Berjalannya cerita Stev dan Nia pun cukup unik karena keduanya sanggat mengerti satu sama lain yang selama itu semua keburukan dan kebaikan mereka pun sudah tau satu sama lain,sejauh itu Stev bisa percaya sampai dia memberanikan diri untuk perkenalkan sama keluarga Stev saking sudah setia sama Nia. Semua cerita cinta Nia dan Stev pun sudah terbungkus rapi dan tak semua itu menjadi hal retakan bagi kedua anak muda ini.
Ketika suatu kesempatan ada penantang kasih dan perasaan yang membuat ragu,ketika Bahasa tubuh sudah tidak di mengerti lagi oleh pemahaman Stev. Sampai Stev memaknai Cntai itu dengan cara Bahasa Hassan El Rasyid,”Cinta ibarat akar yang tak akan mungkin kau temukan,hanya ranting yang kamu lihat dan dahan. Galilah maka kau akan temukan cinta yang mengakar dari kekuatan” begitulah Stev memaknai cuplikan cinta dan kesetiaannya terhadapa Nia. Tetapi semua itu hanyalah pada tanggung jawab Stev saja pada hatinya, lampu taman itu menjadaikan semuanya jadi buyar berkeping tak tertata lagi,hancur bagikan batu yang di palu berkeping yang tak bisa nyatu lagi. Semuanya kini mulai tidak tertata lagi dan seakan menjadi hilang tidak tau kemana. Sebenarnya kan dalam hal asmara yang di sebut bucin itukan bisa dikatakan bahwa Cinta itu Aku kita.
Tetapi alasannya Cuma satu Nia tidak bisa mengandalkan lagi kepada Stev soal kasih dan bahtera sayangnya,semua itu akan menjadi sebuah kehancuran,ada Bahasa yang sering kali di bilang dalam hal perpisahan adalah” Cinta seorang perempuan diibaratkan dengn kuku,jika di potong ia tetap akan tumbuh lagi,beda dengan Cinta laki-laki ibarat sebuah akar pohon sekali di cabut maka akan tercabut sampai keakarnya” begtiulah sebuah makna yang selalu ada ketika kalimat terahir yang sempat di ucapkan untuk terahirkan oleh Stev terhadapa Nia. Tetapi juga ada yang menjadikan itu sebagai kalimat bijak” Filsafat Cinta ialah,Cinta yang di basuhi air mata,akan tetapi indah dan suci selamanya”. Begitulah kerja air mata yang datang hanya menyakinkan perasaan untuk bisa mencintai kembali. Begitulah curahan hati Stev di kala lampu taman yang akan menjadikan saksi atas ocehan dan hal perasaannya itu,sejenak matanya mengarah ke lampu dan bebicara “Memang manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan.Ahir dari semua itu ada puisi yang Stev mau sampaikan yang berjudul Berkat Cinta.
Berkat Cinta
“Kehadiranmu di dalam ruang lingkup hubungan manusia
sangatlah berperan aktif engkau membuat orang itu sedih bahkan engkau memperkenalkan mereka sakit hati dan sampai mereka menangis
Cinta…………….
Waktu kecil kami tidak berlalu mengenalmu yang kami tahu bahwa hanya rasa takut.
Rasa takut ini akan menjadi-jadi. Jika kami ada kesalahan dengan orang tua sesama itu berkatmu juga cinta.
Cinta……………..
Sepenggal kisah atau riwayat dalam kehidupan ini dan dia berjalan bergulir bagaikan roda dan detak bagaikan bunyi denyut jantung dan di titik itulah kami mengetahui betapa pentingnya engkau berperan pada keahlianmu cinta.
Cinta saya terkadang berpikir bahwa apakah kamu selalu berjalan pada jejakmu”
Begitulah cerita yang hanya di rasakan oleh Stev. Lampu taman itu pun menjadi saksi yang kesekian kalinya atas ocehan yang di rasakan oleh Stev,sampai-sampai lampu taman itu merasa bosan unutk memberikan cahaya lagi pada Stev. Tetapi lampu taman itu tidak akan bosan untuk selalu ada di saat stev merasa kehilangan. Lamou taman yang ku susur bagaikan sembiluh,daras bunyi sunyi pun teriak di telingaku yang saja menunggu sampai teriak itu perlahan menghilang….
Penulis : Yakobus Lukivantura
👍👍😇😇, semangat terus berkaya kka
ReplyDelete